Batasi Screen Time pada Anak

Oleh: Yuliana Anggreany, M. Psi., Psikolog

Apa sih screen time? Screen time adalah seluruh waktu yang digunakan/ dihabiskan untuk menonton ataupun bermain, baik menggunakan  tv, computer, handphone, tab maupun gadget lainnya. Intinya screen time adalah waktu yang digunakan melihat layar.

Menjadi orangtua adalah pekerjaan 24 jam yang sangat menyita waktu dan tenaga, terkadang orangtua menginginkan sedikit waktu untuk dapat beristirahat ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Seringkali memberikan anak gadget, memutar video ataupun menyalakan tv menjadi solusi yang sangat efektif. Orangtua dapat mengerjakan hal lain dan anak pun menikmati kegiatan tersebut. Bebagai program menarik ditawarkan oleh televisi, video-video menarik dapat ditonton anak dengan mudah menggunakan internet, membuat anak dapat bertahan lama ketika melihat layar.

Akan tetapi menonton terlalu banyak tidaklah baik bagi anak, anak dapat saja kehilangan keterampilan-keterampilan yang dapat diperolehnya melalui kegiatan-kegiatan lain, seperti keterampilan interpersonal. Keterampilan interpersonal merupakan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Bermain game/ menonton terus menerus dapat mengurangi waktu anak bermain bersama teman-teman sehingga menghambat perkembangan keterampilan interpersonal yang sesungguhnya sangat diperlukan anak. Perubahan gambar yang cepat dalam film juga dapat mempengaruhi fokus anak, anak menjadi cepat bosan ketika melakukan kegiatan yang memerlukan waktu, ketidakmampuan untuk memfokuskan pikiran dalam waktu yang lama pada akhirnya dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk melakukan analisa yang mendalam.

Seberapa yang dikatakan terlalu banyak/ terlalu lama? Untuk anak dibawah 1 tahun tidak dianjurkan sama sekali, untuk anak berusia 2-5 tahun maksimal 1 jam dalam sehari, sedangkan untuk anak berusia 8-18 tahun maksimal 2 jam dalam sehari.

Bagaimana kalau anak saya sudah terlanjur suka menonton dan marah apabila dilarang? Untuk anak yang berusia lebih kecil, usahakan dengan mengalihkan perhatiannya. Orangtua dapat menemani anak bermain, benar-benar ikut terlibat dalam bermain dengan anak, biasakan hal tersebut sehingga anak akan lebih menikmati bermain bersama orangtua dibanding menonton. Untuk anak yang lebih besar, orangtua harus memberikan peraturan (dengan persetujuan dari anak) mengenai waktu untuk menonton ataupun bermain, dan ketika memang anak harus menghentikan permainannya ingatkan anak mengenai perjanjian tersebut. Untuk anak yang lebih besar terkadang diperlukan toleransi untuk memberikan sedikit waktu tambahan sampai anak mencapai titik tertentu untuk menyimpan permainannya. Toleransi tersebut dapat sangat efektif untuk menghindari konflik dengan anak.

Rujukan: