Oleh: Nikita Yudharani M.Psi., Psikolog
Masa pubertas merupakan masa ketika tubuh anak-anak berkembang menjadi dewasa, baik secara fisik maupun psikologis. Remaja perempuan maupun laki-laki akan merasakan adanya perubahan dalam tubuhnya. Perubahan tubuh ini terjadi karena adanya perubahan hormon (salah satunya hormon pertumbuhan) di masa pubertas.
Pada anak perempuan, masa pubertas biasanya dimulai saat anak usia 8-13 tahun. Diawali dengan berkembangnya payudara, tumbuh rambut kemaluan, serta dimulainya siklus menstruasi. Bentuk tubuh secara keseluruhan juga akan berubah dengan ukuran pinggul yang melebar. Sementara pada anak laki-laki, masa pubertas mulai terjadi pada usia 9-14 tahun. Perubahan fisik yang terjadi pada anak laki-laki adalah penis yang membesar, tumbuh rambut kemaluan, perubahan suara yang menjadi lebih berat, kontur otot tubuh akan lebih jelas, dada lebih bidang, dengan pundak yang melebar. Perlu diingat bahwa pada sebagian anak, masa pubertas dapat datang lebih cepat atau lebih lambat dari usia seharusnya.
Pada masa-masa ini pula, seorang remaja akan mengalami peningkatan hormon seksual sebagai perkembangan alami tubuh. Hal tersebut akan mempengaruhi kondisi psikis, terutama pada aspek perkembangan seksual dan sosio-emosional pada remaja. Perubahan hormonal ini mempengaruhi kondisi emosinya cenderung masih belum stabil. Ketertarikan pada lawan jenis mulai berkembang pesat. Remaja juga lebih membutuhkan privasi, misalnya tidak suka saat ada orang yang seenaknya masuk kamar karena sudah mulai muncul perasaan tidak nyaman ketika hal pribadi diketahui oleh orang lain. Selain itu, remaja laki-laki maupun perempuan yang sudah mengalami pubertas tak sedikit yang mulai mencoba bereksplorasi dengan melakukan masturbasi.
Peran teman sebaya merupakan faktor yang penting bagi perkembangan psikologis pada masa pubertas. Pada dasarnya, remaja selalu membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. Teman sebaya membantu remaja untuk menemukan jati diri. Diterima atau merasa “sama” dengan teman sebaya menjadi hal yang penting. Misalnya, ketika ia belum merasakan adanya perubahan fisik namun teman-temannya yang lain sudah mengalami itu (payudara membesar dan menstruasi), maka dapat saja hal tersebut membuat remaja tidak nyaman dengan dirinya. Self image menjadi hal yang penting bagi remaja. Ia menjadi lebih peduli terhadap penampilan fisik (bentuk tubuh atau pakaian yang digunakan).
Arahan orangtua tetap harus diberikan meskipun caranya harus disesuaikan dengan kondisi remaja. Orangtua perlu bersikap “setara” ketika memberikan arahan kepada remaja. Dengan bersikap setara, lebih mudah bagi remaja menangkap dan memahami arahan yang diberikan oleh orangtua. Adanya hubungan yang interaktif dengan orangtua, dapat mengantisipasi perasaan tidak nyaman yang mungkin terjadi ketika remaja mendapatkan tekanan (perasaan berbeda atau dibedakan) dari teman sebayanya.